BJK || KABUPATEN BUNGO
Tahun 2025 Anggaran untuk revitalisasi sekolah sudah di salurkan salah satunya yang mendapatkan bantuan adalah SMP Negeri 6 Tanah Sepenggal Lintas Kabupaten Bungo, terpantau oleh awak media Sabtu, (23/08/2025).
Sebesar Rp 828.809.966,- yang terdiri dari 3 ruang kelas (rehab) @95.439.666, 1 ruang labor tik @405.760.653, toilet/wc @136.730.315 pengerjaannya dilaksanakan langsung oleh kepala sekolah (swakelola) sebagai penanggung jawab dan membentuk panitia pembangunan yang wajib melibatkan komite dan masyarakat.
Berdasarkan informasi yang didapatkan bahwa untuk pembangunan Ruang Labor TIK senilai 405.760.653 untuk jasa pekerja (tukang) hanya sebesar 45 juta, saat ditanyakan apakah nilai jasa tersebut sudah memenuhi standar, namun pekerja menjawab nya “kalau untuk nilai kurang dari harga jasa tukang yang standarnya tapi ya kami mau tak mau terima saja daripada tidak ada kerja, hanya saja pada saat kami mau pinjam uang dulu atau cashbon itu tidak bisa”. Jelas para pekerja.
Begitu juga dalam pengerjaan rehab 3 ruangan kelas yang masing-masingnya senilai 95.439.666 melihat dari pengerjaan yang sedang berjalan itu terlihat masih banyak menggunakan material yang lama seperti kayu untuk bagian kuda-kuda (penopang utama berbentuk segitiga), gording (penghubung dan penopang kuda-kuda), usuk atau kasau (rusuk miring penahan penutup atap).
Hanya reng (kayu melintang yang dipasang di atas usuk/kasau untuk dudukan penutup atap) yang diganti baru, dan itu langsung akan di tutup dengan atap seng, terkesan pengerjaan yang terburu-buru agar dapat menutupi material bekas yang tidak di ganti.
Pekerja untuk masing-masing ruang yang di bangun maupun di rehab itu beda-beda tukangnya menurut informasi dari tukang yang bekerja, “kami hanya mengerjakan bagian pembangunan labor saja kalau untuk yang lainnya beda lagi, itu kepala sekolah yang menentukannya”. Jelas tukang.
Proyek swakelola ini juga tidak ada pengawasan secara inten dari konsultan pengawasnya, saat awak media meninjau lokasi tidak ada konsultan pengawas harian yang terlihat, hanya ada beberapa tukang saja itupun bekerja dibagian ruang labor tik dan toilet, gambar perencanaan atau shop drawing juga tidak terpasang di papan tapi di simpan dalam plastik dan diletakkan dalam gudang.
Saat ditanya dengan kepala tukang apakah dalam pengerjaan ruang labor dan toilet ini sudah memahami gambar perencanaannya, tukang menjawab dengan singkat “saya sudah paham gambarnya”, ucap tukang tersebut dan menyimpannya kembali dalam plastik lalu diletakkan dalam gudang.
Sementara yang ada di lokasi selain tukang juga ada beberapa orang panitia namun tidak ada penjelasan atau keterangan yang secara transparan tertera pada kertas siapa saja yang terlibat dalam SK panitia pembangunan tersebut, hingga tidak dapat diketahui oleh publik. Seakan proyek ini cukup yang mengetahuinya internal sekolah dan dinas pendidikan saja publik tidak perlu mengetahui.
Saat ditanya apakah ada kepala sekolahnya sebagai penanggung jawab lalu dijawab oleh bendahara panitia “kepala sekolah sudah hampir 1 minggu tidak masuk sekolah karena sakit”, jawabnya. Lalu di tanya lagi apakah ketua panitianya ada, jawabnya “ketua panitia lagi keluar beli bahan”. Tambahnya lagi.
Dengan tidak adanya pengawasan pengerjaan secara inten dari konsultan pengawas harian yang memiliki kompetensi tentang konstruksi, ini dikhawatirkan pengerjaan proyek akan melenceng dari perencanaannya.
Dan spesifikasi pengerjaan juga tidak transparan, apa-apa saja bagian yang akan direhab khususnya untuk ruang kelas, hingga publik tidak bisa mengetahui secara jelas dengan biaya lebih dari 95 juta per 1 unit ruang kelas itu untuk rehab apa saja dan ini akan berpotensi adanya permainan dalam penggunaan anggaran APBN tersebut yang tentunya bisa saja jadi temuan tim audit nantinya.
Zainal Arifin bjk