BJK || Bandar Lampung
Dukungan nyata terhadap seni mural datang dari Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana. Tak hanya memberikan bantuan dana sebesar Rp50 juta untuk kegiatan seni, Eva Dwiana juga akan memberangkatkan enam seniman mural dari Komunitas Nusantara Art Project ke Tanah Suci untuk menjalankan ibadah umroh.
Langkah ini diambil sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi para seniman muda yang selama ini menghiasi sudut-sudut kota dengan mural bertema budaya, kebersamaan, dan kearifan lokal.
“Kami sangat bangga dengan dedikasi para seniman mural ini. Mereka bukan hanya memperindah kota, tapi juga menjadi agen pemersatu dan edukasi budaya melalui seni,” ujar Eva Dwiana saat mengunjungi kegiatan mural di Kecamatan Panjang, Kamis 29 Mei lalu.
Penyerahan bantuan dan pemberangkatan umroh akan dilakukan secara simbolis di Kantor Wali Kota pada Senin, 2 Juni 2025 mendatang.
Enam seniman yang akan diberangkatkan adalah bagian dari gerakan mural sosial yang digagas komunitas relawan. Sebagian besar berasal dari kalangan anak punk — mereka yang dulunya hidup di jalanan, kini menjelma jadi pejuang keindahan kota.
Menurut Koordinator Komunitas, Andri Sugiarto, Eva Dwiana tersentuh setelah mengetahui perjuangan mereka. Para seniman ini mengumpulkan dana sendiri lewat ngamen dan kerja sukarela, membeli cat, dan bekerja sepekan penuh menyelesaikan mural seluas 600 meter persegi. Dukungan juga datang dari pihak Pelindo, yang menyumbang 30 kaleng cat.
“Ya bang, Bunda Eva melihat sendiri bagaimana anak-anak ini bekerja keras, niatnya tulus. Mereka sudah berubah, punya semangat ibadah, dan layak mendapat apresiasi. Karena itu, kemarin bunda Eva putusin untuk memberikan dana bantuan kegiatan dan memberangkatkan kawan–kawan kita ke Tanah Suci,” ungkap Andri saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Sabtu 31 Mei 2025.
Pemberangkatan akan dilakukan bertahap — tiga orang setelah Lebaran, tiga lainnya pada November, menyesuaikan kuota umroh. Eva Dwiana berharap, ini menjadi pesan bahwa siapa pun bisa berubah dan memberi dampak positif bagi lingkungannya.
Gerakan Nusantara Art Project menjadi ruang ekspresi anak muda kreatif sekaligus jembatan perubahan bagi mereka yang sering dipandang sebelah mata.
“Kami bukan mau flexing atau cari nama. Kami cuma mau buktiin bahwa kami bisa jadi bagian dari perubahan. Bahkan ketika Bunda Eva mau berangkatin umroh, ada kawan yang bilang, ‘Gue udah mau bertobat, Bang. Gak mau nambah tato lagi’,” kata Andri, menirukan ucapan rekannya yang kini tengah berubah.
Ia juga menegaskan bahwa seluruh dana akan digunakan sepenuhnya untuk kegiatan sosial. “Setiap rupiah yang kami pakai mutlak untuk kegiatan sosial. Kami harap ke depan bisa menjangkau skala yang lebih besar dengan dukungan CSR atau pihak lainnya. Mimpi kami adalah menjadikan sudut Kota Bandar Lampung ini sebagai Kampung Mural yang inspiratif,” tutupnya.
Apa yang dilakukan oleh Komunitas Nusantara Art Project menunjukkan bahwa seni bukan sekadar keindahan visual. Ia adalah jembatan harapan, ruang pertobatan, dan wujud nyata cinta pada kota. Kini, mural bukan hanya memperindah tembok — tetapi juga membuka jalan menuju Tanah Suci.
(Herlan)